Gak di sangka budaya feodalisme masih melekat erat
Sibuk. Sibuk sekali. Itulah gambaran yang telah dilakukan oleh semua teman-teman di tempat kerja pada minggu kemarin. Tidak tahu itu memang kemauan nya sendiri dan timbul dari lubuk hati yang terdalam atau memang ada sedikit paksaan yang membuat teman-temanku semua sibuk. 😆 Namun yang jelas gara-gara aksi bersih bersih itu membuat kami sampai pulang telat dari waktu yang seharusnya.
Sebetulnya aksi bersih-bersih ini tidak masalah bagiku karena memang itu yang seharusnya kami lakukan demi menjaga image tempat kerja ku di mata konsumen. Tapi yang membuat aku pribadi teman-teman agak tidak enak hati adalah aksi bersih-bersih demi menerima tamu dari salah satu direksi kantor pusat. Setiap ada informasi orang kantor pusat mau berkunjung di daerah kami semua di sibukan dengan segala macam urusan yang bagi kami cuman buang2 uang dan tenaga.
Yups….. uang dan tenaga selalu kami extra cadang kan untuk menerima kedatangannya. Kalang kabut semua. Masalah uang sih bukan menjadi urusanku karena memang sudah di backup oleh kantor. Tapi yang menjadi masalah adalah tenaga kami yang sudah kami lakukan tapi selalu saja ada kekurangan disana-sini. Maklum yang bagus bagi kami belum tentu bagus juga untuk orang lain. Itu baru dari tenaga kalau dari dana, kami selalu mem-prepare penyambutan para tamu dari kantor pusat itu dengan segala penak-pernik yang ada. Mulai dari pot bunga sampai penutup meja kerja. Puifff…….. semua itu selalu terjadi berulang saat ada informasi orang pusat akan datang di daerah.
Yang lebih membuat aku agak tersenyum sinis 😳 adalah masih adanya budaya feodalisme yang melekat dan masih dilakukan demi ABS (Asal Bapak Senang). 😦 Dulu saya kira kami yang bekerja di sektor non PNS tidak akan berhadapan dengan budaya dan aksi feodalisme seperti itu. Budaya feodal VOC yang mengharuskan bawahan memberikan upeti pada atasan meski atasan itu datang ke daerah bukan dalam rangka kerja tapi plesir (kepentingan) pribadi. Minimal 10 Kg salak Bali kualitas super, 10 Kg kerupuk kaki ayam serta patung dari Ubud yang tingginya gak kurang dari 1 meter menjadi bauh tangan (atasan) kami untuk mereka. mungkin atasan yang di daerah takut di nilai jelek kinerjanya, makanya upetinya selalu besar dan panjang Padahal mereka mampir ke kantor kami gak lebih dari 1 jam, setelah itu tas koper mereka menjadi penuh sesak. 😯
Enak ya kalau bekerja di kantor pusat, selalu ada kesempatan menerima upeti dari kantor di daerah :???:, padahal kalau di pikir gak semua orang pusat lebih hebat dari orang daerah. Mungkin cuma nasib yang membedakan kita dengan mereka.
Oh ya, …… yang membuat kami agak gemes dan ngenes, setelah atasan kami menyuruh kami prepare habis-habisan demi menunjukan gigi senyum kami pada tamu tersebut eh la dalah kami gak jadi di singahi oleh mereka. 🙄 😈 👿 😡
Bok ya o bos-bos di daerah gak uah terlalu takut dengan orang-orang kantor pusat, karena mereka juga manusia yang pasti banyak salahnya tapi gak di beber secara umum
hehe.. 😆
ikut menyimak & membaca…
Wah, sepertinya yang lebih sesak daripada koper tamu malah bawahannya 🙂
Anehnya juga mereka (para) pejabat sangat enjoy dengan keadaan ini.
Sisa2 Penjajahan Belanda yang ratusan tahun nggak begitu saja hilang dari kultur kita Mas…
Begitulah.. semoga jika suatu ketika kita menjadi Kepala tidak seperti mereka ya mas…
harusnya seimbang ya pak…??
tapi saya pernah jadi orang pusat, hehehe…jangan marah sma saya pak…hihihi
nanti kalo kita jadi atasan, rubah aja kebiasaan itu ya pak. semangat! hehe
Enaknya orang yang tinggal di Jakarta, begitu kerja langsung di Pusat.
Nasibnya orang yang tinggal di daerah, perlu perjuangan berat dan panjang supaya bisa kerja di kantor pusat.
Andai bisa memilih, ingin terlahir di Jakarta, kerja dikantor apapun disebut di kantor pusat, kalau pas ke daerah, pasti full service.
Bangga menjadi orang daerah 😀
Gimana nggak orang kita bis angasih mereka yg dari kota (pusat) kok.
Tangan di atas kan lebih baik dari tangan di bawah 🙂
Salam Hangat!
Yah, memang begitulah mas. Budaya itu masih ada di darah daging kita sebagai manusia nusantara, disadari atau ndak.
kultur itu kayaknya susah untuk dihapus, saya juga suka senewen jika harus merajakan orang – orang pusat..belum bisa di reformasi budayanya..btw salam kenal ya…n thanks tlah berkunjung ke blogku… 🙂
Kalau kantor saya syukurnya ya gak ada perbedaan kantor pusat sama daerah. Kita sama rata sama rasa, jadi tidak ada perlakuan khusus untuk daerah pusat.
Sisa penjajahan Belanda masih belum hilang ya sepertinya..
kayaknya sudah menjadi seperti tradisi dan bahkan keharusan di setiap instansi manapun. memang sih kadang atau mungkin sering merepotkan.
haha bener tuh bang, sepertinya ada pandangan dan perlakuan beda jika orang pusat yang datang.. padahal toh ya.. kerjaan sama yang ditanganin pun sama.. hanya bonafit dinama aja KANTOR PUSAT.. segitu lebih terhormatkah mereka?? apa
lantas kita yang didaerah tidak??
Kalo setiap hari kondisi kantor di daerah udah bersih, kan seharusnya nggak perlu bersih-bersih ekstra kalo dikunjungi tamu dari kantor pusat 😉
Tentang upeti?
Setuju, nggak sepantasnya orang pusat dikasih dari daerah, seharusnya orang pusat dong yang ngasih oleh-oleh buat pegawai daerah. Kalo toh dioleh-olehin lagi, kedudukan jadi seimbang…saling bertukar oleh-oleh…hehe 😀
Aduuuuuh, budaya kita yang terlalu menghormati, basa-basi dan suka cari muka ternyata sampai kemana-mana….
bekerja dengan hati dan Ikhlas tak ada kata ABS, hehe, semoga ga berlanjut kerja yang hanya mau numpang Image, salam kenal 🙂
yaah … budaya feodal masih sangat kental di Indonesia …
huh … sangat disayangkan …
😦
salam akrab dari burung hantu …
Maksudnya mau menunjukkan yang terbaik, malahan jadi terbalik, ya Mas. Paling bagus tampil apa adanya saja. 🙂
Hahaha … se7 apa katamu mas, jadi teringat waktu dinas ke daerah … ssttt saya di-ikut-kan dlm tim pusat (ke Denpasar baru sekali).
Sebetulnya ‘kita-kita tidak minta di-service begitu, bos di cabang saja yg masih *feodal.com* … rombongan tamu di beri ‘oleh2 … bahkan ada yg membelikan tiket pulang ke Jakarta.
begitulah….dilihat berdasar kedudukan..memang kita wajib hormat kepada atasan..namun sejauhmana penghormatan itu dilakukan..
mungkin emang dr dulu sikap bos ky gitu??
boss yg di daerah aja thu yang pengen dapat tempat kalau ngasi buah tangannya yang bagus2 dan mahal, padahal mah ngak penting banget kek gitu…ngabisin duit ajaah
Wah berbeda ya dengan kantor saya.. sepertinya gak ada upeti-upetian.. yang paling enak kalo orang pusat datang ya makan-makan gratis di tempat-tempat favorit… hehehe…
Kayanya hampir rata2 sama pak kejadiannya. Begitu pun di ktr saya, kalau ada orang pusat datang, pasti ada oleh2nya waktu mereka pulang. Paling tidak oleh2nya amplang, yaitu penganan ringan dari samarinda. Ya, habis mau bagaimana. Udah nasib kali. Mudah2an budaya semacam itu bisa diubah.
tidak tahu kalau dipemerintahan Mas, kalau diswasta seperti saya, malah tidak pernah memberikan upeti.
udah jadi tradisi kali yah, jadi susah buat ngilanginnya.
wahh.. kisahnya seruu..he..
g bakalan bisa diilangin kalau tidak dari seoarang leadernya dulu…
dari sahabatmu
Assalaamu’alaikum
Semoga keadaan ini bisa dijadikan teladan agar nanti, kalau kita yang menjadi pejabatnya bisa berlaku adil dan sesuai dengan tugas yang dilakukan.
Salam merdeka dari saya.
dalam benak bos-bos kecil daerah itu berharap segera ditarik ke pusat juga paling.. 😀
Biasa itu mah gan…..yg penting kia menyikapi nya aja.. dan mungkin kadang kita juga seperti itu… secara ngga sadari
ini yang membuat indonesia belum bisa maju. percumah dech ngomong demokrasi kalau feodalisme masih merajalela
mendukung tulisan ini setulusnya, HAPUSKAN BUDAYA FEODAL DI NEGERI KITA….. 👿 👿 👿 👿
hehe kayanya budaya itu seperti sudah mendarah daging ya mas?
muantab dah… 🙂
semakin atas semakin enjoy
silir-silir
kali yaw
hehhehe
😀
sabar.., sungguh perjalanan yang menarik.
Ayo, gabung gerakan SEO Positif untuk membersihkan keyword negatif anak SMP.
http://saipuddin.wordpress.com/2010/08/31/dunia-smp/
Wah, ternyata budaya feodalisme masih tertanam di segala lini, gak swasta apalagi negeri.
Nggak nyangka juga kalau di perusahaan swasta ada yang seperti itu juga..
aksi itu masih membudaya sampai sekarang kok mas.
sibuk kalau ada “orang pusat” dan selalu diada-adakan.
Orang pusat kalau ke daerah biasanya dapat oleh-oleh, nha kalau orang daerah kalau ke pusat kadang juga wajib membawa oleh2.
Trus kapan orang daerah dibawain oleh-oleh. Boro2 dikasih oleh-oleh? Jangan harap.
salam hangat dari Surabaya
kesadaran untuk bersih-bersih sehingga tidak terasa pulang telat dari waktu yang biasanya
sungguh kesadaran yang luar biasa
salam dari pamekasan madura
jadi penasaran.. kerja dimana pak? 🙂
sebenernya yang salah bukan dari pusat nya kalau kayak gitu. tapi di daerah nya. kenapa bersih2 ga dilakukan secara rutin, tanpa perlu harus ada kunjungan dari pusat..? *no offense :)*
salam semangat ngeblog kunjungi blogku,,,link udah terpasang ya,,