Termakan Omongan Sendiri

Dalam berkata-kata sehari hari kadang secara tidak kita sadari terucap kalimat yang kita anggap sepele tapi berakibat besar. Namun karena perkataan ini berasal dari bawah sadar kita, maka perkataan ini menjadi semacam sugesti pada diri sendiri. Dan yang namanya sugesti pasti ada daya dorong yang mamacu secara refleks pada diri sendiri untuk mengapainya. Makanya banyak yang bilang mulutmu harimau mu, perkataan adalah do’a, dan lain sebagainya.

mulutmu harimaumu

Hati-hati dengan perkataan yang keluar dari mulut kita

Hal ini meskipun belum ada pihak atau intansi yang menyelidiki secara khusus, namun sudah aku buktikan sendiri. Dalam ingatan ku yang sedikit karatan ini ada beberapa kejadian yang menimpa ku gara-gara iseng ngomong yang bukan-bukan. Ujung-ujungnya, omongan ku itu menjadi terbukti yang katanya orang Jawa bilang β€œKualat karo omongane dewe”. πŸ˜• Tapi apa mau dikata lagi, semua berawal dari mulutku sendiri dan menimpa diri ini kembali.

Pernah dalam suatu masa (kek cerita dogeng sajaΒ  πŸ˜† ) dalam bulan Ramadhan dan aku sering ditanya rencana lebaran mau lancong dimana dan saat itu saya masih seneng ngomong slenggek an dan semau gue. Baik pada teman sejawat maupun pada teman yang lebih tua. Saat ditanya, “Besok hari raya kamu mau kemana ?”. Dasar aku, njawabnya ngawur “Aku gak ikut hari raya karena hari rayaku sudah aku jual” (semua perkataan ini dalam bahasa jawa). Tahu apa akibat setelah aku sering kali menjawab seperti itu ❓ pas sehari sebelum malam takbiran aku terlibat bentrokan dengan beberapa orang yang mengakibatkan aku harus di opmane di rumah sakit sampai lewat hari raya. 😦

Juga saat saya kerja di pabrik minyak goreng. Karena sering ngomong ngawur aku mendapat hasil dari omonganku sendiri. Kala itu pas maghrib tapi jam kerjaku belum selesai. Dan saat itu aku mengangkat tiang besi galvanil untuk dijadikan terop (tenda). Gak tahu karena apes atau karena termakan omongan sendiri tiba-tiba aku terjatuh karena masuk selokan. Otomatis pipa besi galvanil yang aku angkat tadi lepas dan sudah jatuh tertimpa besi pula. πŸ˜• Pipa besi sepanjang 3.5 meter memilih kepalaku untuk landasan jatuhnya. Darah segar mengalir dari kapala tan[a saya sadari dan itu terjadi pas beberapa hari sebelum hari raya iedul fitri.

Dan yang terakhir yang masih hangat dalam ingatan ku yaitu perkataan ku saat ditanya beberapa teman tentang rambutku yang aku biarkan sedikit gondrong. “Geng… rambutmu sudah panjang, gak di potong ??” dasar aku, jawaban ku juga aneh. “Pang de, cang ngelah belingan jumah” (dalam bahasa Bali, translate bebasnya : biarlah saya punya istri hamil dirumah). Dan sekarang yang terjadi ya seperti di tulisan ku sebelumnya.

Kalau sudah begini, selalu saja ada kejadian yang bisa dihubung-hubungkan. Percaya atau tidak, hal ini terjadi secara nyata padaku. Padahal aku sangat anti dengan segala tetek bengek yang berhubungan dnegan tahayul. Namun kali ini kau termakan oleh omongan ku sendiri. 😦

NB: Tulisan ini hanya sekedar intropeksi diri dengan segala hal yang terjadi padaku.

52 Responses to Termakan Omongan Sendiri

  1. Sofyan berkata:

    Setuju mas,.terkadang kita tidak sadar dgn apa yg kita katakan padhal i2 bsa menjdi bumerang bg diri kita,.sugesti ini msh sangat kental dilingk masyarakat kita.
    Salam hangat dri Banyuwangi..

    Betul mas, keluarkan yang baik2 saja biar dapatnya baik juga πŸ˜›

  2. Masbro berkata:

    Kata adalah senjata ya Mas. Bisa jadi doa yang baik, bisa juga sebaliknya. Saya juga masih belajar seperti itu.

    Eh Mas, yang bentrokan dengan beberapa orang (trus masuk RS dan melewati hari raya) itu gimana ceritanya?

    Itu terjadi saat sudah belasan tahun yang lalu saat baru keluar dari bangku sekolah. Biasa, jiwa muda yang selalu senang dengan hura-hura πŸ˜†

    • lozz akbar berkata:

      iyo Cak… besok tolong ceritakan ya

      Ceritakan ………… πŸ˜• walah cak, masih belum punya keberanian untuk menulisnya. Ngisin2 i ae, kethok lek enom e bedugal πŸ˜†

  3. Mabruri Sirampog berkata:

    ada bener juga sih pak,,
    yang penting bisa diambil pelajaran saja, bahwa yg namanya lisan harus dijaga baik2.. πŸ˜€

    Betul mas, ………. πŸ˜›

  4. Lidya Fitrian berkata:

    harus berhati-hati dengan omongan sendiri ya

    Iya Jeng, karena itu kan kembali ke kita sendiri πŸ™„

  5. pakde sulas berkata:

    “SELAMAT YA ATAS KEHAMILAN ISTRINYA”

    dan moga nanti dimudahkan persalinannya, dan pesan pade jangan suka ngomong “ngawur” lagi

    Iya ini pak, kadang secara gak sadar kecepolsan. Maklum kadang candaan nya kebablasaen πŸ˜†

  6. Lyliana Thia berkata:

    Kalo kejadian terakhir pasti seneng dong Mas Sugeng… kan mau dikasih hadiah lagi sama Allah… ^_^
    Aku jd diingatkan utk selalu hati2 nih klo bicara… hihihi…

    Iya mbak, kadang secara tidak sadar saat melihat perutistri langsung saja tangan ini mengelus2 nya πŸ˜†

  7. Batavusqu berkata:

    Salam Takzim
    Benar tuh pa mulutmu harimaumu
    Salam Takzim Batavusqu

    Dan saya sudah membuktikan nya πŸ˜•

  8. giewahyudi berkata:

    Kadang memang perlu benar-benar memikirkan apa yang kita ucapkan, bila tidak akan fatal..

    Beruntung kalau omongan nya baik, kalau jelek …… πŸ˜₯ pasti tangisan yang akan keluar.

  9. djangan pakies berkata:

    assalamu’alaikum Kang,
    bersyukur jika menyadari apa yang terjadi dengan segala bentuk ‘peringatan’ yang teralami. Terlepas ada ndak hubungan antara ucapan dengan kejadian, paling tidak dengan itu kita bisa mwas diri kedepannya.
    Salam untuk kelurga di tabanan.
    “pesan” fbnya udah dibaca to Kang ?

    Matur suwon Kang, pesan nya sudah saya baca. Makasih atas sharenya kang Is, gak ada yang mengurui koq. Malah saya senang Njenengan nyempatin membalas pesan itu. πŸ˜‰

  10. lozz akbar berkata:

    Besok deh kalau ada yang nanya “lozz kapan kamu potong rambut?'”, saya jawab “bentar lagi ah, nunggu rabi ” hehehe.

    yups, setuju cak Sugeng.. kata-kata adalah doa bagi kata

    semoga Cak Sugeng punya momongan yang bisa mewarisi bakat sampean ngeblog ya.. AAMIIN…

  11. Fenty berkata:

    gak berani ngomong yang macem2 lagi sekarang soalnya sering juga sih kejadian kaya’ gitu, jadi merasa bersalah sama diri sendiri dan Tuhan ~.~”

  12. Zulmasri berkata:

    ucapan yang dilontarkan terkadang memang menjadi semacam doa. Nggak heran bila kita dianjurkan untuk berkata yang baik-baik, menjauhi gosip, dsb. Bila tidak ya lebih baik diam.

    Hal ini tentu amat relevan bila kita kaitkan dengan pendidikan anak.

  13. tunsa berkata:

    wah..bisa gawat begitu pak. tapi yang jelas, kalau mau tidak termakan omongan ya diem aja, beraktivitas seperti biasanya dan gak neko-neko. ini bisa jadi pelajaran bagi kita smua.
    salam

  14. Asop berkata:

    Introspeksi diri… hiks… πŸ˜₯

  15. ts berkata:

    naaah itu yg disebut mulutmu harimau mu ya mas, jadi harus jaga omongan. Tetap berusaha menjaga diri dlm berkata…. nice post

  16. Wempi berkata:

    slamet mo punya momongan…
    sugesti buat yang baik2 kek nya oke juga tuh, hee…

  17. citromduro berkata:

    lidah lebih tajam dari pedang
    dalam berkata kita harus lebih bijak dalam mengutarakan kata2

    salam dari pamekasan madura

  18. Arif Bayu berkata:

    Sepertinya pepatah itu sangat bijak memang kang, bahwasannya memang kita mesti menjaga ucapan, kata2 adalah doa, bisa meresapi cerita ini, semoga ke depan kita semua bisa berhati-hati dalam ucapan……..:)

  19. Masyhury berkata:

    Serem ah…
    kata pepatah mulutmu harimau mu..
    saking ganasnya malah di bilang harimau…
    hemm…

  20. Pendar Bintang berkata:

    Hani percaya kok Om…asli percaya…hehehhehe

  21. kalo dalam bahasa sunda nya sih…” saucap sanyata “…

  22. hati2 lah berkata kawan

  23. memangnya hubungan antara rambut gondrong dengan istri hamil di rumah itu adalah..?!!

  24. Penghuni 60 berkata:

    alangkah baiknya sih, omongan itu memang hrs dijaga.
    malah ada yg bilang juga, kalo perkataan itu adalah doa. nah kalo doanya terkabul ya seperti itulah jadinya.

    memang menjaga lidah itu sangat sulit, tapi kalo sekiranya apa yg ingin kita ucapkan itu gak pantas, ya lebih baik jgn diucapkan.

  25. Theatre 61 berkata:

    terkadang lidah itu bs menyakitkan daripada pedang, intinya jagalah ucapan

  26. yuni berkata:

    Setujuuuu… karena lidah tak bertulang maka harus menjaga ucapan πŸ™‚

  27. melly berkata:

    Aku sering ngalamin pengalaman kek gini pak.
    cuma memang, lidah dan hati kadang lupa dikendalikan.

  28. riez berkata:

    Setuju pak…sesuai motto aku “Jika kata tak lagi bermakna Lebih baik Diam

  29. popi berkata:

    kalo yang diucapkan itu hal baik dan ternyata terjadi..ya ALhamdulilah ya Mas? seperti aku dulu waktu jaman kuliah , temen2 suka nanya (iseng) “kawin kapan?’ terus saya asal2an jawab “Tahun 2000”..eh ternyata kejadian bener kawin tahun 2000! πŸ˜€

  30. aryna berkata:

    oohh…trimakasih sudah diingatkan B-)
    Memang pesan otak harus kita edit sebelum kadung terucap ya pak…?

  31. inotwp berkata:

    kdang jg kalo lg marah sama orang, udh dongkol, g bisa dtahan lg, mulut udh diujung, ahirx keluar jg kata2 bwt org itu,
    tp ujung2x jg nyesel klo udh gt, merasa kasian ato gmn gt ma org yg udh tak sembur td

  32. Batavusqu berkata:

    Salam Takzim
    Terima kasih sudah menikmati bebek Goreng H. Slamet di rumah saya. Sehat terus pak Sugeng
    Salam Takzim Batavusqu

  33. Kaget berkata:

    Ada baiknya kita lebih menjaga mulut, terkadang ‘ceplos’ lebih dianggap orang sebagai keseriusan πŸ˜€

  34. Necky berkata:

    orang bijak bilang mulutmu adalah harimaumu….ada juga yang bilang bahwa setiap ucapan yang keluar dari mulut kita adalah bentuk doa….makanya lebih baik…kita bicara yang baik-baik aja deh mas…setuju???….

  35. kanG Anto berkata:

    Beruntung bagi saudara saudara yang terbiasa dg omongan yang baik baik,,, dan buat kita kita yang masih suka ngaco agaknya harus banyak belajar…

    Post yang mengingatkan tak akan sia sia .. πŸ™‚

  36. TUKANG CoLoNGt berkata:

    Peribahasa mulutmu harimaumu, tuan makan senjata masih sangat berlaku ..

  37. Rusa berkata:

    mulutmu Rusa mu, eh salah
    mulutmu harimaumu πŸ™‚

  38. Kakaakin berkata:

    Mungkin maksudnya bercanda, tapi ternyata kejadian beneran πŸ˜€
    Memang sih, sebaiknya kita berkata-kata yang baik saja. Khawatinya setiap ucapan kita jadi semacam do’a ya, Pak… πŸ˜€
    Semoga kita selalu dapat perlindungan dari Allah Ta’ala πŸ™‚

  39. Triiz berkata:

    lisan ibarat pisau bermata dua,klo di gunakan dengan baik bisa menguntungkan tp klo ga hati2 bisa2 melukai diri sendiri

  40. baha andes berkata:

    Semua karena terbiasaan berkata2, aku lagi belajar menjaga kata agar tidak nyeplos seenake wudele dewek. diam adalah emas bicara baik dan benar adalah berlian.

  41. MT berkata:

    itu baru perkataan ya mas. apalagi kalau menyepelekan sikap yg bisa memalukan diri sendiri

  42. @zizydmk berkata:

    Memang kadang kalau kita bicara aneh-aneh malah nanti jadi kuwalat sendiri. Apalagi kalau misalnya kita bicara dan ada yang sakit hati. Mungkin orang itu gak bermaksud nyumpahin, tapi akibatnya malah yg bicara tadi kena kuwalat…

    Ah semoga dijauhkan dari bicara yg aneh2..

  43. suryaka berkata:

    Bener bli, ajining diri soko wedharaning lathi
    Waktu ditanya temen dulu, cita2mu apa dab?
    Pengangguran sukses.. He he u apa dab?
    Pengangguran sukses.. He he

  44. BENY KADIR berkata:

    Salam jumpa lagi, Pak Sugeng. Moga sehat adanya.
    Kabar saya baik2 saja, Mas.

    Kejadian seperti yg diceritakan ini bisa terjadi pada siapa saja. Aneh memang dan mungkin bukan tahyul. Di daerah saya juga ada istilah khusus utk hal ini.
    Karena muncul dari alam bawah sadar, maka kita kesulitan mengendalikan kata2 yg akan diucapkan.
    Namun, pada kasus tertentu ketika emosi meledak-ledak, kata2 mengandung kutukan bisa saja menjadi kenyataan.

  45. edratna berkata:

    Benar apa yang dikatakan orang, bahwa apa yang kita ucapkan adalah sebuah doa. Dan bagi seorang ibu harus lebih hati-hati, terutama hal yang menyangkut anaknya.

  46. mbak puji berkata:

    nice post,…makasih.

  47. bintangtimur berkata:

    Artinya saya juga harus lebih hati-hati lagi dalam berkata-kata…
    πŸ™‚

  48. negeribocah berkata:

    mulutmu harimaumu …
    jika tidak berhati-hati, maka harimau bisa menerkam

  49. mas cara ngomong sungkem kepada orang tua sih gi mana yah…. aku lebaran besok mau mudik ke klaten… pake bahasa jawa sih gimana yah…

  50. […] diri ini postingkan tulisan ini, semenjak itu pula tidak pernah sekalipun lagi diri ini mengulas perkembangan sang jabang bayi. […]

Tinggalkan Balasan ke obat alami darah tinggi Batalkan balasan