Sebelum menyembelih di pingsankan dulu, benarkah daging nya sehat
Malam ini aku membaca berita dari portal berita terkenal dan memuat berita tentang cara atau standar penyembelihan hewan yang bisa dikategorikan halal. Dari sini seperti nya mengusik jemariku untuk mengetahui lebih lanjut, bagaimana sih caranya sehingga daging yang dihasilkan dari penyembelihan itu menjadi layak konsumsi (Halal dan Toyiban).
Dalam berita tersebut disebutkan bahwa penyembelihan hewan itu dilakukan dengan metode pemingsanan (stunning). Sahabat blogger pernah mendengar penyembelihan dengan di”pingsan”kan terlebih dahulu ❓ dan tahu cara membuat hewan tersebut pingsan ❓ salah satu caranya adalah dengan captive bolt pistol (CBP). Yaitu tepat di kepala hewan tersebut ditembakan peluru khusus yang tumpul yang mengakibatkan hewan tersebut terhuyung dan collaps (pingsan).
Katanya sih cara ini lebih “menghewankan” hewan tersebut sebagai hewan yang akan dibunuh 😕 dan metode ini didengung-dengungkan oleh masyarakat barat sebagai cara yang hewani. 😆 Namun benarkan metode pemingsanan (stunning) sudah menghewankan para hewan tersebut ❓ . Dibanding dengan metode Islami yang menyembelih dalam keadaan sadar pada tiga titik mematikan nya (saluran nafas, saluran makan dan pembuluh darah -karotis dan vena).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh 2 orang staf ahli peternakan dari Hanover University, sebuah universitas terkenal di Jerman. Beliau berdua adalah Prof. Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Mereka berdua memimpin satu team yang mencoba mecari jawaban atas pertayaan, manakah yang lebih tidak menyakitkan hewan saat disembelih. Antara metode barat dengan cara pemingsanan (stunning) atau dengan metode Islam.
Dalam penelitian sangat canggih tersebut memgunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi tersebut dipasang elektroda tertentu (microchip) yang disebut Electro-Encephalogr aph (EEG). EEG dipasang pada permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak. Alat ini dipakai untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Pada jantung sapi-sapi tersebut juga dipasang Electro-Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar.
Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG dan ECG (yang telah terpasang) beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, separuh sapi disembelih secara metode (syariat) Islam dan separuh sisanya disembelih secara metode Barat.
Syari’at Islam menuntunkan penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang sangat tajam dengan memotong 3 saluran pada leher bagian depan (saluran makanan, saluran nafas, serta 2 saluran pembuluh darah, yaitu : arteri karotis dan vena jugularis). Syari’at Islam tidak merekomendasikan pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat mengajarkan ternak dipingsankan dahulu sebelum disembelih (stunning).
Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak dicatat untuk merekam keadaan otak dan jantung semenjak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga hewan ternak benar-benar mati. Nah, hasil penelitian adalah sebagai berikut :
Penyembelihan menurut tuntunan Syari’at Islam
Pertama, pada 3 detik pertama setelah disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih tidak ada indikasi rasa sakit.
Kedua, pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara gradual (bertahap) yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi tersebut benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
Ketiga, setelah 6 detik pertama tersebut, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleks gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Subhaanallah, pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justeru drop sampai ke zero – level (angka nol). Diterjemahkan oleh kedua ahli tersebut bahwa, “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!) Allaahu Akbar! Walillaahil hamdu!
Keempat, oleh karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi oleh manusia. Jenis daging semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practice (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan dengan metode barat
Pertama, segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan) , sapi terhuyung jatuh dan collaps. Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat dengan mudah disembelih, tanpa meronta-ronta, dan (nampaknya) tanpa rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit (tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning).
Kedua, segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal tersebut mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (pada saat kepalanya dipukul).
Ketiga, grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik darah dari seluruh organ tubuh serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
Keempat, oleh karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), sehingga tidak layak dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khasanah ilmu dan teknologi daging (dipelajari di Fak. Peternakan UGM), bahwa timbunan darah (yang tidak sempat keluar pada saat ternak mati/ disembelih) merupakan tempat yang sangat ideal bagi tumbuh kembangnya bakteri pembusuk yang merupakan agen utama perusak kualitas daging.
(** sebagian tulisan ini saya ambil dari sini, silakan berkunjung untuk lebih detailnya**)
Jadi berpikir, kenapa LPPOM MUI masih merekomendasi metode pemingsanan (stunning) dalam menjagal hewan untuk konsumsi masyarakat Indonesia 😕 ❓
Bagaimana menurut sahabat blogger ❓
iya ya…kok ada pemingsanan…. Jd tidak sesuai syariat islam.
ga boleh dipukul mungkin pak….
Kadang kupikir menyembelih hewan berukuran besar dengan penjagalan saat sadar itu sulit bukan main. Dan terus terang …tidak tega (utk saya tidak kerja di pejagalan)
EM
yang diajaarkan dalam ISlam itu adalah sesuatu yg baik karena berasal dari Tuhan.
Ya jadi buang2 waktu aja tuh MUI, kalau memang hasilnya sudah jelas seperti itu perbedaannya…
salaam
ehhh.. bukannya ga boleh pake acara pengsan-pengsanan gitu Om?! ❓ ❗
waduh, kalau pakai dipingsankan dulu berarti kasihan banget ya…
LLPOM MUI melegalkan stunning? aneh.
pokoknya Allah is the best.
manusia itu kan enggak bisa membaca hatine sapi Cak, jadi mereka cuma bisa ngiro-ngiro aja.. pikire kalau dibikin klenger dulu si sapi enggak akan terasa sakit tah pas disembelih?
orang barat itu kadang aneh, sapi mati wae diurusi, tapi kalau Palestina di luluh lantakkan mereka diam aja
Mas / Cak / pak ….tidak semua orang barat itu NON MUSLIM, mereka yang muslim juga sedang berjuang untuk mendapatkn makanan halal, buktinya di Kitchener sudah ada tempat penyembelihan dan toko yang menjual hewan halal
kali ini saya hanya membacanya kang…
Subhanallah… ternyata syariat Islam terbukti secara ilmiah! Ijin save artikel ini utk pribadi ya…
Maaf, baru tau kang kalo ada cara kaya gtu.. Tapi kalo d pingsankan ko kayanya subhat ya.. Iya kalo pingsan tapi kalo mati gmana ya. . 😀
terima kasi bnyak ea. .
kalau gitu jadi takut ya untuk memastikan halal atau haram
tinggal sembelih kres gitu (dengan baca doa) kan halal to..
saya pernah membaca ini di jawa pos. di luar negeri sana memang tidak mengenal yg namanya disembelih. katanya lebih kejam daripada di setrum.
tapi skrg sudah banyak rumah pemotongan hewan yang menggunakan metode muslim.
halal dan haram memang harus diperhatikan betul ya pak. karena juga bisa mempengaruhi kesehatan yang memakannya..
kira-kira, di tabanan dimana ada warung sate yg enak ya? 😆
nanti kita kopdar di sana om, hahahaa
kalau daging di pasar itu gimana ya Pak?
mungkin dengan cara dipingsankan jadi lebih mudah dan simple pak, karena gak perlu dipegangin ber rame-rame itu sapinya.
cara terbaik menurut saya adalah yang sesuai syariat Islam… kelihatannya memang kejam, tapi itulah kekejaman yang diperlegalkan (Tuhan pasti lebih tahu dan bisa jadi begitulah cara Tuhan memberi jalan pelampiasan kekajaman manusia agar manusia tidak kejam terhadap sesama) 😀
Yang dari dulu diajarkan agama itu sudah bener, nah sekarang karena duit merajai, siapapun umatnya tetap tertarik mengubah cara yang telah ditetapkan.
Sekarang ulama sudah pada aneh….
Hmmm…aneh jg ya mas..
kuncinya pada kerelaan yang disembelih…
bukan pada sakit atau tidaknya yang disembelih…
Bagaimanapun juga harus disesuaikan dengan makna doa yang harus disamapaikan saat menyembelih hewan.
SALAM… 8)
Ya, jadi tak habis pikir … 😐
subhanallah…. cara islam sungguh luar biasa…..
salam persahabatan selalu dr MENONE
berguna untuk bulan idul adha nivh…. hahha
subhanallah… ternyata memang syariat Islam itu memang sempurna….
[…] Daging Halal Dan Toyiban, Seperti Apa Caranya 1 hari yang […]
Islam sudah mengatur lebh awal,,
trims mas,, qu dapat ilmu baru .. 🙂
Wah buat masyarakat sulit membedakannya pak.
Apa dari bentuk fisik daging bisa di lihat pak?
apa sudah ada yang pakai cara pingsan itu di sini?
kebetulan saya punya kenalan yg kerja di lembaga tersebut…nanti akan saya cari tahu pak….
wah… wah…
ternyata begitu ya…
terimakasih pak, atas sharingnya.
pak, dimana saya bisa baca bahwa LPPOM MUI masih merekomendasi metode pemingsanan (stunning) dalam menjagal hewan untuk konsumsi masyarakat Indonesia?
artikel yang lengkap mas, terima kasih telah memberitahuku, dan aku mereferensikan pembaca blogku untuk membaca artikel ini (tentang perlakuan pemotongan sapi potong australia)
Aswrwb
Trims atas artikel yg mencerahkan. Berdasarkan beberapa pengalaman kecelakaan kecil yang pernah saya alami dalam hidup, saya dapat menarik kesimpulan berikut. Tingkat kesakitan akibat tersayat pisau atau silet yang sangat tajam paling kurang sakit jika dibandingkan dengan terpukul martil atau kesetrum listrik yg bervoltase rendah. Saya kira demikian juga yang dialami oleh hewan pada saat disembelih seperti yg ditunjukkan oleh penelitian di Jerman. MUI perlu merevisi pendapatnya. Di Inggris saja, umat Islam dan Yahudi diberikan kebebasan oleh pemerintah untuk tidak memingsankan hewan terlebih dahulu sebelum disembelih.
Setiap pencipta pasti mempunyai SOP. Dan Allah sang maha Khalik, telah menetapkan SOP penyembelihan terhadap ciptaannya untuk manusia. Pastilah apa yg ditetapkan Allah akan lebih terjamin, bukankah DIA yang menciptakan?
Jangan mencari jalan lain.
Salam Takzim
saya ambil jalan tengah saja , kelihatannya perlu diperdalam lagi ilmunya,belum mesti barat salah, saya kira ini tidak mesti barat dan timur(islam) tapi tinjauannya ilmu pengetahuan. alloh memang mensyaratkan menyembelih hewan dengan alat tajam dan dengan cara yang baik tidak menyakitkan. prosesnya gimana?salah satu caranya dengan stanning (pemingsanan) . dalam bahasa saya yang tepat adalah handling. yang jelas hendling hewan besar perlu waktu, hendling hewan kecil (ayam dan sebangsanya) waktunya sedikit tapi jumlahnya ribuan ekor? kalo menurut saya yang tepat adalah proses hendlingnya harus tepat. kalau melihat pemotongan umumnya di indonesia apalagi musim idul adha
masyarakat perlu di tambah wawasanya agar daging yang dihasilkan berkualitas ASUH (aman sehat utuh dan halal). perlu diketahui bahwa hewan yang setres sebelum disembelih karena perlakuan tidak benar (hendling yang kasar) tekanan darahnya akan meningkat tajam dan akan mempebgaruhi kualitas daging
[…] http://www.sciencedirect.com/science/https://sgharjono.wordpress.com/2011/05/14/daging-halal-dan-toyiban-seperti-apa-caranya/http://koranmuslim.com/2011/penyembelihan-hewan-sesuai-islam-tidak-menyakiti-hewan/ […]
Bikin dilema juga ya hal2 seperti ini. jadi kepikiran ketika kita makan daging di resto2 yang tak tahu bagaiman proses penyembelihannya.