Ini Pendapatku, Apa Pendapatmu ?

Cukup sudah kebodohan yang sudah kami lakukan, dan untuk si Labib diri ini akan menjaganya

Tidak terasa Labib sudah berumur 17 hari, berarti sudah setengah bulan lebih anggota keluargaku bertambah satu. Saat mengendong Labib kadang diri ini terkenang saat 17 tahun yang lalu. Saat itu diri ini baru mempunyai anak pertama dan diri ini memang tidak mengerti bagaimana seharusnya memprotect anak dengan baik dan benar. Jadinya diri ini membiarkan anak kami (yang pertama dan kedua) terkana virus yang tidak tahu dari mana asalnya. Kalau teringat masa itu, sepertinya diri ini koq tidak sayang dengan anak πŸ˜₯

Orang tua mana yang tega membiarkan anak tercemari oleh virus penyakit dan akan berdampak dalam sisa kehidupan nya, seumur hidup ❓ ❗ ❓ πŸ˜• . Teringat bagaimana diri ini melarang anak kami untuk tidak membeli jajan sembarangan. Membeli snack dan aneka makanan yang banyak mengandung MSG, sakarin dan semua bahan berbahaya yang banyak di campur oleh para penjual dalam kudapan yang dijual. Teringat bagaimana diri ini melindungi dan menjaga seandainya ada orang sekeliling kami yang sakit flu, pilek batuk dan sebagainya. Tapi kenapa diri ini malah membiarkan serta merestui anak kami itu di susupi biang penyakit yang entah dari mana datangnya, dan kami malah mengeluarkan uang untuk itu .

Mungkin banyak sahabat blogger menilai tindakan saya itu sangat tidak cocok dan sangat tidak beradab. Apakah tindakan ini cocok untuk orang tua seperti saya ?!? , maafkan saya sahabat. Tapi ini memang jeritan suara saya, karena selama ini merasa terhantui dengan semua tindakan yang katanya sangat disarankan oleh para dokter dan pemerintah. Katanya sih untuk melindungi para anak (baca : bayi) agar bisa safe apabila ada wabah penyakit yang melanda. Namun setelah mengenal dunia internet, saat ada sesuatu yang tidak diri ini pahami, selalu saja mencari referensi di internet. (kemakan iklan, internet memang pinter ya).

Diri ini juga sadar bahwa tidak sepenuhnya informasi yang ada di internet adalah benar. Namun setidaknya dari berbagai informasi yang bertolak belakang ini diri ini bisa meng”crosschek”an apakah memang benar informasi itu. Dan dalam browsing kesana kemari diri ini menemukan beberapa tulisan yang membuat enegh. Salah satunya ada dalam catatan di facebook ini. Atau ketikan keyword β€œbahaya imunisasi” di mesin pencarimu. Jadi, intinya selama ini memang benar bahwa kami tidak bisa menjaga anak kami, karena kami telah meracuni anak kami tersebut dengan memberikan imunisasi (vaksin). Karena vaksin tersebut berasal dari darah kotor (nanah) penderita penyakit yang katanya sudah dilemahkan. Namun yang namanya nanah ya tetap nanah meskipun sudah dilemahkan.

Belum lagi bahan berbahaya yang sengaja ditambahkan dalam proses pembuatan vaksin. Ada kandungan merkuri, Formaldehid, Aluminium, Fosfat, Sodium, Neomioin, Fenol, Aseton, dan sebagainya. Sedangkan yang dari hewan biasanya darah kuda dan babi, nanah dari cacar sapi, jaringan otak kelinci, jaringan ginjal anjing, sel ginjal kera, embrio ayam, serum anak sapi, dan sebagainya. 😯 Waduh !!! koq jadi seperti ini sih πŸ˜•

bahaya vaksin

Makanya dalam merawat Labib, anak kami yang ketiga diri ini sudah mengintruksikan dan memberi penjelasan yang sangat jelas pada istri tentang bahaya yang terkandung dari vaksin ini. Dan kami sudah bertekad tidak akan mengulangi menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab dengan merancuni bayi kami sendiri dengan pemberian berbagai vaksin. Cukup sudah kebodohan yang sudah kami lakukan, dan untuk si Labib diri ini akan menjaganya agar tidak ada satupun vaksin imunisasi yang masuk pada anak kami tersebut.

Ini pendapatku, bagaimana dengan pendapat anda ❓

42 Responses to Ini Pendapatku, Apa Pendapatmu ?

  1. nique berkata:

    maksudnya tidak mau divaksin apapun mas???
    wah, saya ga tau tepatnya belum tau
    sebaiknya tanya dokter langsung kaliya mas
    jangan googling aja.

    tak mantengin tulisan ini ah biar dapat informasi lebih lanjut.
    maaf tidak berpendapat sesuai harapan

    makasi udah berbagi ya mas

    Ya begitlah, karena vaksin yang paling baik adalah tidak mengunakan vaksin itu sendiri

  2. Evi berkata:

    Mas, aku memvaksin lengkap dua anakku. Alhamdulillah mereka sehat sampai sekarang. Memang dua orang anaknya yg divaksin dulu mengalami masalah ya?

    Kalau sdh berkeyakinan bahwa vaksin tak baik untuk bayi, sebaiknya Labib memang tak divaksin. Tapi bagaimana memproteknya dari serangan virus cacar dll yg selama ini kita serahkan pada vaksin?

    Anak ku yang pertama dan kedua juga gak masalah mbak, tapi yang jadi perhatian ku cuma bahan nya dan dari mana bahan baku nanah itu di dapat. Gak terlalu agamis sih tapi sekedar perenungan diri sendiri

  3. alhamdulillah… kalo pak Sugeng sekeluarga sudah menyadari akan hal ini.
    Kita orang Islam.seharusnya memperhatikan hal ini.

  4. die berkata:

    Aku percaya bahwa semua vaksin tersebut telah melewati proses yang sesuai dengan standar kesehatan mas, standar agama dan norma sosial yang berlaku dimasyarakat kita.

    Sampeyan boleh saja menolak toh vaksinisasi tidak wajibkan? bersifat suka rela.

    Itu sekedar pendapatku mas, pendapat sampean boleh saja berbeda yang yang terpenting terima kasih dengan pendapat e sampean 😎

    • Cahya berkata:

      Pak Aldy, vaksinasi adalah program negara untuk melindungi segenap rakyat dari kemungkinan wabah penyakit. Dan perlindungan adalah hak semua warga, dan menjadi kewajiban warga negara juga untuk mendukung perlindungan ini.

      Jika satu celah saja terbuka, maka wabah bisa menjalar lagi, seperti kasus lumpuh layu yang lalu.

      “Melindungi segenap tumpah darah Indonesia” adalah amanat UUD :).

      Dan ini adalah kewajiban, bukan masalah boleh atau tidak atau terserah. Yang tidak memenuhi kewajiban dapat dituntut secara legal formal (hukum), karena ada aturan perundangan yang mengatur hal ini.

      Jangan karena satu atau sekelompok orang merasa tidak penting, lalu membahayakan seluruh masyarakat di sekitarnya.

      Ini sih pandangan dari segi wajib atau tidaknya imunisasi :).

      Hm….. makasih dok atas pendapatnya. Memang melindungi segenap tumpah darah Indoneisa adalah tanggung jawab setiap warga negara. Dan itu sudah dilakukan oleh kakek-nenek moyangku. Mereka dengan segenap tumpah darhnya berjuang meindungi Indonesia dari tangan asing. Dan mereka semua tidak pernah kena imunisasi. Nyatanya mereka sehat. Namun saat imunisasi dicanangkan, segala macam penyakit baru tumbuh bak jamur di musim hujan.

      Seandainya kita (lebih gawatnya, anak kita yang masih bayi) terkena darah / nanah dari orang yang sakit cacar, polio, hepatitis dan lain sebagainya bagaimana reaksi kita ?!? Begitu pula dengan asal virus nya. Yang jelas virus juga membawa DNA dari mana dia berasal (orangnya). Jangan2 DNA nya berasal dari orang yang berwatak dan bertabiat jahat. πŸ˜₯ 😯

      Memang terlalu jauh pemikiran saya, tapi ini juga yang saya renungkan beberapa waktu yang lalu sebelum anak saya lahir.

      • die berkata:

        disini kalau ada yang berani memaksakan seseorang imunisasi bisa kena denda.
        Tapi sekarang kesadarannya masyarakatnya sudah bagus, bahkan terbalik, giliran petugas puskesmas bisa kena kepruk kalau terlambat melaksanakan imunisasi.

        • Cahya berkata:

          Ha ha…, ya ya…, itu bisa saja begitu :). Kesehatan tidak bisa dibangun secara baik di atas keterpaksaan, namun sebaliknya, dibutuhkan kesadaran yang tidak perseorangan juga.

  5. sunarno2010 berkata:

    mungkin komen saya diluar konteks, sebelum mohon maaf, kaitan proteksi anak terhadap MSG, sangat sulit untuk bisa dilakukan, bukankah produk makanan di sekitar kita sebagian besar dibumbui dengan MSG, tingkat bahayanya sebagian besar yang menjadi bahan pembicaraan adalah rumor semata yang kurang didukung secara ilmiah,
    tentang vaksin yang saya pahami sebagaimana yang pernah saya pelajari telah melalui proses yang terjaga, kalau kemudian ada zat-zat berbahaya yang disisipkan maka itu diluar prosedur kesehatan, alias ulah orang-orang iseng.
    Bukankah di negeri ini banyak hal yang sangat mudah untuk dipalsukan. Kalau pendapat Mas, seperti itu ya silahkan, seperti apa yang dikemukakan oleh Mas Aldi, ini bukan kewajiban, lebih ke suka rela

    Makasih mas Narno atas masukan nya. Di negeri ini kita belum bisa berdiri dengan kaki sendiri meskipun para pendahulu kita sudah susah payah untuk menunjukan pada dunia bahwa kita bisa berdikari. πŸ™„

  6. Djangkies berkata:

    Saya juga pernah diberi buku yang berkaitan denganv penjelassan sampean Kang, isinya memang lebih mengerikan dari apa yang belum pernah saya pikirkan sebelumnya. Perlu penjelasan yang gamblang dan meluas untuk masyarakat awam agar mereka memiliki pemahaman yang baik tentang vaksin. Apalagi mengingat vaksin menigitis yang disuntikan pada calon jamaah haji yang ternyata mengandung babi. Ini sangat keterlaluan memberikab barang haram untuk beribadah

    Ini juga yang menjadi bahan perenunganku Kang. Sudah jelas mau berangkat beribadah, kenapa juga malah diberikan barang najis ❗ saya rasa bukan nya pemerintah tidak tahu tapi memang benar ada konspirasi πŸ‘Ώ

  7. HA Peduli berkata:

    postingan yang sangat menarik πŸ™‚
    sangat bermanfaat.. ^_^
    keep posting yaa..

    ingin barang bekas lebih bermanfaat ?
    kunjungi website kami, dan mari kita beramal bersama.. πŸ™‚

    Hm…… πŸ˜•

  8. ongisnade berkata:

    your post is nice.. πŸ™‚
    keep share yaa, ^^
    di tunggu postingan-postingan yang lainnya..

    jangan lupa juga kunjungi website dunia bola kami..
    terima kasih.. πŸ™‚

    Satu kelompok dengan yang diatas πŸ˜•

  9. ahsanfile berkata:

    Iya yah … kalau dari dulu aku nggak ngkonsumsi msg, kayaknya aku lebih pinter dari sekarang …

    gak usah diragukan lagi kejeniusan nya sampean mas πŸ˜†

    • sunarno2010 berkata:

      apakah orang Jepang tidak mengkonsumsi MSG?

      gak tahu aku mas, tapi si mangkok merah berasal dari sana juga loh πŸ˜†

      • sunarno2010 berkata:

        justru karena si mangkok merah sana dan kita tahu juga teknologi mereka lebih maju dari kita apa logis msg bikin bodoh. Klo msg bikin bodoh maka harusnya bangsa ini lebih maju dibanding jepang dan singapura karena tingkat konsumsi msg di 2 negara itu jauh lebih banyak dan juga lebih dulu

        kalau masalah ini saya belum dapat referensi namun saat rame2 mi Indonesia yang di tarik dari pasar di taiwan beberapa waktu lalu itu karena MSG nya yang kelewat banyak πŸ˜•

  10. Fiz berkata:

    Analisis yang jeli Mas, juga pemecahan masalah yang unik menurut saya. Tetapi selain browsing, mungkin kita juga bisa menyederhanakan permasalahan ini dengan bertanya kepada ahlinya, seperti dokter dan ulama.

    Kadang kenyataan yang ada sengaja ditutupi untuk menunjukan wajah bagusnya. Sampai saat ini belum bertanya pada ahlinya tapi sudah berdiskusi panjang lebar dengan sesama orang yang peduli. 😦

  11. TuSuda berkata:

    Bagaimanapun juga pengalaman merupakan guru yang utama.
    Mungkin ada pengalaman tertentu yang memberi citra negatif tentang manfaat imunisasi, di pihak lain ada juga pengamalan nilai positif yang dialami setelah mendapatkan vaksinasi.
    Dalam program Imunisasi rutin, pemerintah melalui Menteri Kesehatan, Dirjen Penanggulangan Penyakti Menular pasti sudah mempertimbangkannya lewat riset secara rasional, bagaimana penerapannya agar mudah diterima dan dilaksanakan untuk kepentingan perlindungan terhadap kesehatan masyarakat.
    Pilihan untuk hidup bersih dan sehat (PHBS) misalnya, ada ditangan masing-masing personal, karena anjurannya sudah sangat jelas bagi peningkatan derajat kesehatan bersama.

    SALAM hangat dari Kendari. 8)

    Pilihan Hidup Bersih dan Sehat merupakan kewajiba kita semua pak, dan saya juga berusaha untuk menjalankan nya. Tapi pak, riset2 dan penelitian yang dilakukan itu tidak semuanya dibeberkan kan ❓ pasti ada wilayah yang secret yang memang sengaja di tutupi

  12. wahyu nurudin berkata:

    makin ngeri saja pak merawat anak jaman sekarang. kita tidak bisa mengisolasi mereka kan?
    dan kita juga tak bisa mengendalikan mereka terus.

    tapi setidaknya kita bisa memberi pondasi yang kuat agar mereka tidak mudah roboh oleh masa depan yang menantang 😎

  13. Harmony Magazine berkata:

    Kalo pendapat saya setelah menelaah bagaimana vaksin bekerja, saya masih menganggap aman dan tidak ada kaitannya dengan masalah DNA, darah atau nanah. Yang dimasukkan ke tubuh adalah virus yang sudah dilumpuhkan. Tapi itu pendapat saya lho, hanya menyampaikan. πŸ™‚

    makasih mas, semakin banyak masukan jadi bisa menyakini mana yang layak di ikuti πŸ˜‰

  14. Dhenok Habibie berkata:

    iya pak, saya pernah membaca dan kakak yang saya bidan pun pernah cerita kalo di dalam imunisasi itu terdapat semacam lemak babi, ntahlah.. maka dari itu, kakak saya yang sudah punya anak pun tidak memberikan vaksin imunisasi ke anaknya..

    Hm…. memang menyuarakan pendapat pribadi yang berbeda dengan pandangan umum kadang selalu menimbulkan kontrovesi. Tapi emamng benar apa yang di utarana oleh kakakmu Nok πŸ˜•

  15. Nchie berkata:

    Iya Mas aku pernah denger dan baca bahkan sampai menjadi omongan para ibu-ibu.
    Ada sebagian yang pro dan kontra tentang vaksin ini.

    Kalo aku sih yang umum-umum saja,mengikuti petuah orang tua, kalo bayi harus di vaksin dan merasa percaya,mudah-mudahan tidak ternadi apa-apa.

    Rasa ketakutan sempet ada,khawatir,tapi alhamdulillah ampai saat ini tidak terjadi apa2 pada anak kami.

    ini menurutku loh..

    Aku juga gak masalah dengan imunisasi pada kedua anakku yang pertama, namun yang jadi kepikiran koq aku tega memasukan virus yang entah dari mana asalnya pada anak2ku 😦

  16. Sukajiyah berkata:

    Pro dan kontra tentang vaksin memang sudah mulai merebak sejak beberapa tahun lalu.
    Itu semua terserah orang tua, kalau yakin benar bisa melindungi anak dari gangguan penyakit tanpa dilakukan vaksin seperti yg pak Sugeng lakukan, bagi saya sih it’s oke (tp ndak tahu kalau pemerintah lho ya… πŸ™‚ )

    Iya, ini juga caraku untuk melindungi keluargaku dari penyakit yang tidak karuan datangnya πŸ˜†

  17. 'Ne berkata:

    wah bingung juga ya banyak pendapat gitu
    ntar kalo dh berkeluarga harus banyak baca2 artikel terkait nih..

    apapun keputusan yg diambil semoga Labib selalu sehat..

    Makasih Ne, semoga kebingungan saat waktunya nanti menemukan jalan keluarnya πŸ˜‰

  18. tunsa berkata:

    walah.. saya kok baru tau ya.. hmm… mengenaskan. lalu bagaimana donk? saya ini orang awam, ya ngikut-ikut yang enak saja…. gimana, jadi bingung nih saya,, πŸ˜€ blm beranak sudah bingng πŸ˜†

  19. giewahyudi berkata:

    Pengalaman memang guru yang terbaik, Pak..
    Semoga Labib selalu sehat selalu..

  20. bensdoing berkata:

    semua ini memang tidak terlepas dari industri dunia kapitalis yg selalu saja diotaknya tertanam pemikiran bagaimana meraup keuntungan yang sangat besar. Negara2 maju spt Amerika tentunya punya kepentingan terhadap negara2 berkembang spt Indonesia yang dengan jumlah penduduk yg cukup besar. Maka dibuatlah vaksin2 yang spt adanya sekarang ini (malah sekarang lebih bervariasi lagi tentunya ).

  21. Roni Yusron berkata:

    Ketakutan kitalah yang membuat anak diimunisasi. Untuk mengatasi hal yang tak diinginkan, kiranya imanisasi jauh lebih penting.

  22. jarwadi berkata:

    sudah aqiqah-an belum pak? hehe

    Alhamdulillah, pas 7 hari kelahiran nya sudah saya pesankan 2 ekor kambing mas. Tapi tidak sempat terliput karena sibuk luar biasa

  23. indobrad berkata:

    jadi vaksin itu tidak baik ya? waduh….. saya baca pelan2 lagi dan cari referensi lain deh. tapi terima kasih atas pencerahannya mas bro πŸ˜€

  24. elfarizi berkata:

    Wah, saya tak bisa berkomentar karena gak ada kapabilitas <jiaaa, bahasanya … mungkin kalau saya akan cari informasi sedetail mungkin dari yang tepercaya πŸ™‚

  25. Kaget berkata:

    pengambilan keputusan sepihak, pak sugeng juga harus sadar bahwa genetik beberapa tahun terkahir sudah berubah dan ini semua diakibatkan uji radiasi. contohnya flu burung dan beberapa penyakit hasil dari genetik lainnya.

    Ada kemungkinan besar bahwa gen manusia semakin melemah dan gampang terkena penyakit sekalipun si Bayi diberikan full ASI. untuk saat ini bagi saya jalan terbaik adalah memberikan vaksinasi tehadap anak2 saya, walaupun kedengarannya vaksin itu bersumber dari penyakit lain yang dilemahkan.

    Coba dipertimbangkan lagi pak, dan perbanyak mencari informasi seputar genetik. jadi tak hanya membaca informasi seputar larangan vaksin belaka πŸ™‚

  26. […] juga waktu untuk keluarga. Waktu untuk keluarga ini mulai kerjaan yang sangat sibuk, ngemong si Labib yang semakin tumbuh besar dan sehat, interaksi dengan teman dan kolega dirumah dan lain-lain. […]

  27. […] ASI namun tetap tidak bisa keluar. Untungnya sehat, meskipun ada rasa was-was karena sudah mantap pilihan ku untuk tidak memberi racun dalam tubuhnya. Dan dalam keluarga kami, semenjak ada si Labib ini semakin semarak dan semakin […]

  28. Putu Yoga berkata:

    tidak sepenuhnya yang di internet valid om, coba konsultasi sama beberapa dokter biar lebih yakin. πŸ˜€

Tinggalkan Balasan ke sunarno2010 Batalkan balasan